Rabu, 14 September 2011
Minggu, 22 Mei 2011
Meraih Bahagia di Jalan Bercabang
Jawabannya sangat sederhana, kemungkinan karena mereka tidak memahami Islam itu sendiri dan kemungkinan lain adalah mereka tidak sungguh sungguh istiqamah didalamnya hingga jalan yang mereka tapaki semakin bercabang cabang dan membingungkan.
Saudaraku, dalam hidup saya yang sebentar ini, saya ingin terus memupuk dan membenamkan kembali sebuah keyakinan agar hidup kita yang sebentar ini tidak dicemari keluhan keluhan - yang hanya akan menyeretmu kepada kebingungan dan kufur nikmat - kemudian mengubahnya kepada sebentuk syukur..
Hidup ini adalah pilihan pilihan,
Kamu akan mendapati banyak teman disetiap jalan yang kamu pilih, hingga kamu menganggap jalan itu benar.
Allah telah memberikan hanya 2 pilihan; Jalan Allah dan Jalan lain..
Islam yang kamu pilih ini adalah jalanan menuju Allah, dimana seorang mukmin dan mukminat akan berbahagia didalamnya, dunia dan akhirat.
Banyak orang tidak merasakan manisnya Iman,
Karena mereka terjebak dalam sebuah kekhawatiran panjang dan mengira bahwa dunia ini adalah tujuan utamanya.
Hingga mereka mencampur Jalan Allah dengan jalan lain untuk mencapai keinginannya di dunia dan memenuhi nafsu didadanya hingga Iblislah yang kemudian membimbingnnya.. membisiki hatinya dan mencemari nuraninya..hingga mata hati itu buta dan tuli.
Mereka mengerjakan yang halal juga yang haram..
Mereka mencampuradukan Islam dengan Budaya, mereka mengasimilasikannya hingga tidak jelas lagi mana jalan Allah mana jalan lain..
Mereka tidak akan merasakan manisnya Iman..
Dan jalanan yang kamu telusuri semakin membingungkan..
SEPERTI MENAPAKI JALAN YANG BERCABANG CABANG..
Kamu tidak bahagia,
Kamu tidak merasakan manisnya Iman..
Padahal mengatakan "Aku Beriman" tapi tidak berbahagia dalam Iman..
Saya tidak keberatan mengulang ngulang kata Iman yang indah ini,
Karena inilah pokok kebahagiaan seorang Muslim dan Muslimah. Karena kebahagiaan itu ada dihatimu dan bermulai dari sana,
IMAN laksana sebuah pohon dihatimu, naungannya memberi kesejukan.
Dari pohonnya tunas tunas harapan akan terus terlahir, jika terus kamu sirami dia akan berbunga kebahagiaan yang harumnya menebari setiap jalanan yang kamu lalui..
Dan perhatikanlah, seiring keistiqamahan yang terjaga dari bunga itu akan lahir buah ranum nan indah yang bernama IKHLAS
Jika kamu beriman, kamu akan melaksanakan apa yang kamu Imani.
Jika kamu beriman berarti kamu mengingat Nya, seperti kamu mengingat orang yang kamu Cintai.
Jika kamu mencintai Nya, kamu akan melaksanakan apa apa yang telah Allah dan Rasullnya perintahkan.
Seluruhnya..
Seluruhnya..
Iman tidak sekedar percaya, Iman adalah seni memahami sepenuh hati dan segenap keyakinan, bahwasannya segala details yang terjadi disetiap detik detik kedipan mata, disetiap desiran keinginan yang melinatasi langit langit dihati kita, setiap luka, kesedihan, goresan goresan yang menyayat hati kita - semua telah tertulis dalam perencanaan dan ketentuan takdir Allah Azza wajala yang sempurna.
Sempurna saudaraku.
Disanalah kebahagiaan kebahagiaan yang berkualitas terlahir,
Dalam proses menuju tujuan utamamu, Akhirat.. Karena dunia ini bukan tujuan.
Dalam kondisi Iman seperti inilah semua kekhawatiran, kebingunganmu, keluhan, dan semua bentuk kekufuran nikmat dapat diminimalisir dan kamu bisa segera mengarahkannya kepada kata kata syukur..
Keluhan tidak lebih dari bisikan syaitan yang diperturutkan
Seorang jomblo mengeluh, karena kesendiriannya..
Bahkan tidak jarang, seorang istri mengeluh karena suaminya..?
Seorang miskin mengeluh karena kekuarangannya..
Bahkan tidak jarang, seorang kaya mengeluh karena status kekayaannya..?
Kenapa mengeluh padahal kamu beriman?
Bukannya Allah telah mengatakan dengan terang benderang bahwa tak selembar daun'pun yang jatuh yang tidak Dia ketahui (QS6:59) dan tidak ada satu musibahpun yang menemuimu tanpa seizin Allah (QS64:11)
Pahami..
Pahami dengan Ilmu.
Karena Rasullullah Saw telah mewajibkanmu untuk menuntut Ilmu.
Agar kamu berbahagia, dan Sukses dunia dan Akhirat.
Kenapa saya begitu yakin dengan kata kata saya ini?
Karena saya bahagia.
Saya bahagia meski bukan orang kaya di mata Manusia..
Saya ungkapkan deretan kata ini dengan Bahagia. Maka Berbahagialah.
Berbahagialah dengan Islam mu, berbahagialah dengan jalan yang telah kalian pilih...
Kebahagiaan tidak akan pernah tertukar, karena itu Anugerah.
Kebahagiaan seseorang dengan se-cangkir teh manis disore harinya belum tentu sebanding dengan kebahagiaan Direktur Perusahaan teh yang memiliki ratusan truk kantung teh digudang yang ia miliki.
Mungkin bapak Direktur dan juga pemegang saham utama itu lagi bingung karena penjualannya rugi dan banyak karyawan yang demo minta naik gaji hingga lupa menikmati se-cangkir teh yang ia buat di perusahaannya ;)
Seperti itulah kebahagiaan,
Kita sering terobsesi dengan kebahagiaan besar yang belum kita capai dan terus berlari bersusah payah mengejarnya dan melupakan kebahagiaan kebahagiaan kecil disekitar kita.
Rasulullah saw bersabda;
"Telah sukses orang yang beriman dan memperoleh rezeki yang kecil dan hatinya pun akan disenangkan Allah dengan pemberianNya itu". (HR. Muslim)
Jadi berbahagialah. . ^_^
Itulah makna Qana'ah yang Rasulullah ajarkan; merasa cukup.
Berbahagialah dengan Islam-mu dan carilah kebahagiaan didalamnya.
Salam bahagia,
Minggu, 15 Mei 2011
Kisah Nabi Musa Menampar Malaikat Maut
“Malaikat Maut diutus mendatangi Musa ‘alaihis salam. Ketika malaikat itu datang kepadanya, maka Musa pun menempelengnya (hingga buta matanya). Kemudian Malaikat Maut kembali kepada Rabbnya dan berkata, ‘Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak menginginkan kematian.’
Lalu Allah mengembalikan penglihatan malaikat tersebut dan berkata, ‘Kembalilah engkau dan katakan kepadanya untuk ia meletakkan tangannya di punggung sapi jantan. Kemudian ia berhak (tetap hidup) sejumlah bulu (dari sapi jantan itu) yang tertutupi tangannya, dengan hitungan satu bulunya merupakan setahun kesempatan hidup.’
Musa lalu berkata, ‘Wahai Rabbku, kemudian apa setelah hitungan itu?’
‘Kemudian kematian,’ jawab Allah.
Musa pun berkata, ‘Maka sekarang saja (kematianku tanpa diundur lagi).’ Selanjutnya Musa berdoa kepada Allah untuk mendekatkan dirinya kepada tanah suci sejarak lemparan batu.”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu lalu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‘Seandainya aku di sana, maka sungguh akan aku perlihatkan kepada kalian kuburan Musa, (yaitu) di sebelah jalan di gundukan pasir merah’.” [1]
Ibnu Hibban menjelaskan tentang ketidakjelasan permasalahan tersebut (di mana Musa menempeleng Malaikat Maut sampai matanya buta): “Sesungguhnya Malaikat Maut ketika berkata kepada Nabi Musa seperti itu, dalam kondisi Nabi Musa tidak mengenalnya. Karena kedatangannya kepada sang nabi, dalam wujud yang tidak dikenal oleh sang nabi. Sebagaimana datangnya Jibril dalam wujud seorang arab Badui (kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam). Dan juga, sebagaimana datangnya para malaikat kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Luth dalam wujud para pemuda, sedangkan kedua nabi tersebut semula tidak mengenal mereka. Demikian pula keadaan Nabi Musa ‘alaihis salam, ia pun tidak mengenali malaikat tersebut. Oleh sebab itu ia menampar sang malaikat, sehingga menyebabkan tercukilnya mata sang malaikat karena telah masuk rumahnya dengan tanpa izin. Dan perbuatan ini sesuai dengan syariat kita, tentang bolehnya mencukil biji mata orang yang melihat (mengintip) seseorang yang berada di dalam rumah dengan tanpa izin.”
Kemudian Ibnu Hibban membawakan hadits Abu Hurairah bahwa ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Datanglah Malaikat Maut kepada Musa untuk mencabut ruhnya. Ia pun berkata kepada sang nabi, ‘Penuhilah panggilan Rabbmu.’ Lalu Musa menampar mata Malaikat Maut tersebut, sehingga menyebabkan tercukil matanya.” [2]
Beliau rahimahullah lalu menafsiri hadits di atas dengan mengatakan, “Ketika Nabi Musa telah mengangkat tangannya untuk menampar sang malaikat, maka barulah malaikat itu berbicara kepadanya, ‘Penuhilah panggilan Rabbmu’.”
Penafsiran seperti ini tidaklah sesuai dengan konteks lafazh hadits, yang memposisikan perkataan malaikat, ‘Penuhilah panggilan Rabbmu’ lebih dahulu, barulah diikuti oleh tamparan sang nabi. Seandainya tetap memilih jawaban yang pertama, tentulah sejalan dengan lafazh hadits. Dan seakan-akan memang Nabi Musa tidak mengenali sang malaikat dalam wujud seperti itu.
Juga, perkataan malaikat itu tidak mengandung perkara yang dimaksud (bahwa ia seorang malaikat), di mana Nabi Musa tidak segera mengenalinya dalam waktu sekejap bahwa ia adalah seorang malaikat yang mulia. Dikarenakan Nabi Musa sedang mengharapkan banyak hal yang didambakannya untuk terjadi di masa hidupnya, berupa keluarnya bani Israil dari kawasan Tih dan masuknya mereka ke tanah suci (Baitul Maqdis). Akan tetapi beliau telah didahului oleh takdir Allah, bahwa ia akan wafat di kawasan Tih setelah wafatnya Nabi Harun, saudara laki-lakinya.
Pengingkaran Sebagian Ahli Bid’ah Terhadap Pemukulan yang Dilakukan Nabi Musa ‘alaihis salam Terhadap Malakul Maut ‘alaihis salam
Sebagian ahli bid’ah terdahulu mengingkari pemukulan Nabi Musa ‘alaihis salam terhadap Malakul Maut ‘alaihis salam. Mereka mengatakan bahwa ini adalah persoalan yang didustakan oleh akal. Mereka tidak tahu bahwa ini adalah permasalahan ghaib yang tidak bisa diukur dengan pemikiran dan akal, namun hanya perlu dibenarkan tanpa menghadapkan kepada akal pikiran kita. Sebab, akal manusia lemah untuk mencapai semisal persoalan ini, karena merupakan persoalan yang tidak bisa digapai oleh indera.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: Ibnu Khuzaimah berkata, “Sebagian ahli bid’ah mengingkari hadits ini. Mereka berdalih, jikalau Musa ‘alaihis salam mengenalinya bahwa dia Malakul Maut ‘alaihis salam, berarti Musa ‘alaihis salam telah menghinakannya. Sedangkan jikalau Musa ‘alaihis salam tidak mengetahuinya, maka kenapa tidak ditegakkan qishash untuk Malakul Maut ‘alaihis salam yang telah lepas bola matanya?
Jawabannya: Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah mengutus Malakul Maut ‘alaihis salam kepada Musa ‘alaihis salam untuk mencabut ruhnya saat itu juga. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanyalah mengutusnya kepada Musa ‘alaihis salam untuk mengujinya. Sedangkan Musa ‘alaihis salam menampar Malakul Maut ‘alaihis salam karena dia melihat ada manusia yang masuk ke rumahnya tanpa izin, sedangkan beliau ‘alaihis salam tidak mengetahui bahwa dia itu Malakul Maut ‘alaihis salam. Sementara Pembuat syariat Subhanahu wa Ta’ala telah membolehkan untuk menusuk mata siapa pun yang mengintip rumah seorang muslim tanpa izin. Sebagaimana para malaikat juga pernah datang kepada Ibrahim dan Luth dalam wujud manusia, lalu keduanya tidak mengenali para malaikat tersebut pada awalnya. Andaikan Ibrahim ‘alaihis salam mengenalinya maka beliau ‘alaihis salam tidak akan menjamu mereka dengan makanan. Juga, andaikan Luth mengetahui mereka maka tentu beliau ‘alaihis salam tidak akan mengkhawatirkan keadaan mereka dari tindakan kaumnya. Seandainya pun Musa ‘alaihis salam dianggap mengetahuinya, darimana ahli bid’ah ini menetapkan disyariatkannya qishash antara malaikat dengan manusia?! Juga, darimana dia tahu bahwa Malakul Maut ‘alaihis salam menuntut qishash terhadap Musa ‘alaihis salam lalu tidak dipenuhi tuntutannya?!
Al-Khaththabi menyimpulkan ucapan Ibnu Khuzaimah, lalu menambahkan bahwa Nabi Musa ‘alaihis salam melawannya karena sikapnya yang mudah marah. Juga bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan mata Malakul Maut ‘alaihis salam agar Musa ‘alaihis salam mengetahui bahwa Malakul Maut ‘alaihis salam datang dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makanya setelah itu, Musa pun menyerahkan diri.
Al-Imam An-Nawawi berkata: “Tidak menutup kemungkinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan Musa ‘alaihis salam melakukan pemukulan ini untuk menguji objek yang dipukul.”
Adapun selain beliau berkata: “Hanyalah Musa ‘alaihis salam menamparnya sebab dia datang untuk mencabut ruhnya tanpa mengabarkan sebelumnya, berdasarkan apa yang tsabit (pasti) bahwa seorang nabi tidak akan dicabut nyawanya sebelum diberikan pilihan. Oleh karena itu, ketika Nabi Musa ‘alaihis salam diberi kesempatan memilih pada kali yang kedua, beliau pun menyerah.” Ada yang berkata, inilah pendapat yang paling tepat namun masih perlu dilihat lagi. [3]
Ibnu Qutaibah berkata dalam Ta’wiil Mukhtalafil Hadits membantah orang yang meragukan hadits ini: “Pendapat kami dalam masalah ini, bahwa para malaikat adalah makhluk rohani. Rohani disandarkan pada kata ruh, menjelaskan keadaan penciptaannya. Maka seolah mereka adalah para ruh yang tidak berbadan yang bisa ditangkap oleh penglihatan, tidak mempunyai mata yang serupa mata kita, dan tidak pula mempunyai kulit seperti kulit kita.
Kita tidak mengetahui bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala membentuk mereka, karena kita tidak mengetahui segala sesuatu selain apa yang dapat kita saksikan atau setidaknya kita tidak pernah melihat contohnya. Demikian juga halnya dengan setan dan jin.”
Hingga perkataan beliau: “Sewaktt Malakul Maut ‘alaihis salam menampakkan diri kepada Musa ‘alaihis salam -yang satu ini adalah malaikat, sedangkan yang satunya adalah nabiyullah- lalu Malakul Maut ‘alaihis salam menariknya, maka Musa ‘alaihis salam menamparnya dan membuat matanya terlepas. Matanya yang ini adalah khayalan dan perumpamaan, bukannya hakiki. Setelah itu Malakul Maut ‘alaihis salam kembali kepada wujud hakikinya yang semula berupa wujud rohani tanpa ada cacat sedikitpun.” [4]
Al-Imam Al-Qurthubi berkata dalam At-Tadzkirah fii Ahwaalil Mautaa wa Umuuril Aakhirah: “Jikalau ada yang berkata: Bagaimana mungkin Musa ‘alaihis salam melakukan pemukulan terhadap Malakul Maut ‘alaihis salam sehingga terlepas matanya? Maka jawabannya dari enam sisi:
1. Itu adalah mata khayalan yang tidak mempunyai hakekat. Ini adalah pendapat yang batil, karena akam membawa kepada kesimpulan bahwa bentuk-bentuk malaikat yang dilihat oleh para nabi tidak mempunyai hakekat. Pendapat ini adalah madzhab As-Saalimiyyah.
2. Ini adalah mata maknawi yang tercungkil dengan hujjah. Berarti ini adalah sebuah kiasan yang tidak mempunyai hakikat.
3. Musa ‘alaihis salam tidak mengenalinya, lalu menyangka bahwa Malakul Maut ‘alaihis salam adalah seseorang yang masuk ke rumahnya tanpa izin, yang hendak mencelakakan nyawanya. Maka Musa ‘alaihis salam melakukan pembelaan diri dan menamparnya sehingga keluar matanya, sedangkan melakukan pembelaan diri sewaktu dalam keadaan seperti ini dengan segala kemampuan adalah wajib. Ini pengarahan yang bagus, sebab mengungkapkan ‘mata’ dan ‘pemukulan’ secara hakiki.
4. Musa ‘alaihis salam adalah seorang yang cepat marah. Sifatnya inilah yang menyebabkan dia memukul Malakul Maut ‘alaihis salam. Ibnul ‘Arabi berpendapat dengannya dalam Ahkaam. Ini adalah pendapat yang rusak, sebab para nabi ma’shum dari melakukan tindakan menyakitkan semisal ini, baik ketika dalam keadaan biasa maupun marah.
5. Perkataan Ibnu Mahdi radhiyallahu ‘anhu: “Mata samarannya hilang, sebab dia diberikan kemampuan untuk berwujud apa saja yang dia maui. Maka sepertinya Musa menamparnya sewaktu dia menyamar dalam wujud yang lain, karena setelah itu Musa ‘alaihis salam melihatnya bermata.”
6. Inilah pendapat yang paling benar insya Allah, yaitu bahwa Musa ‘alaihis salam mempunyai hak sesuai yang telah dikabarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa seorang nabi tidak akan dicabut nyawanya hingga diberitahu (lebih dulu).” [5]
Sebagaimana yang saya katakan di depan bahwa ini adalah persoalan ghaib yang tidak kita ketahui hakekatnya, kita wajib menerimanya tanpa menanyakan kaifiyyat-nya (bagaimana hakikatnya). Wallahu a’lam.
Sumber:
- Kisah Para Nabi ‘alahimus salam karya Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir (penerjemah: Abu Abdirrahman Muhammad Daz bin Munir Al-Marghubi), penerbit: Pustaka Sumayyah, hal. 576-578.
- Hukum Memindahkan Jenazah karya Al-Amin Al-Haj Muhammad Ahmad (penerjemah: Fuad Lc.), penerbit: Pustaka Ar Rayyan, hal. 30-34.
_______________________
[1] Lihat kitab Shahih Al-Bukhari (1339, 3407 dan Shahih Muslim (2372).
[2] Lihat kitab Shahih Ibnu Hibban (6224), Shahih Al-Bukhari (1339, 3407), dan Shahih Muslim (2372), pent.
[3] Al-Fath, VI/442.
[4] Ta’wiil Mukhtalafil Hadiits, hal. 276-278.
[5] At-Tadzkirah, II/94-95.
Sumber: fadhlihsan.wordpress.com
Jumat, 13 Mei 2011
ENERGI IMAN
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
"...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu". (Firman Allah dalam Al Qur'an Surat Al Maidah : 3)
Ayat ini diturunkan bertepatan dengan peristiwa Haji Wadaa.
Tepat saat Rasulullah Shalallahu' Alaihi wa Salam menyampaikan ucapan salam perpisahan kepada ummatnya dihadapan para sahabat dan 120 ribu Muslimin dan Muslimah yang ikut serta dalam Haji Wadaa di Masjidil Haram - Makkah Al Mukaramah.
Ayat ini merupakan Wahyu terakhir yang diturunkan Allah kepada Rasulullah Shalallahu' Alahi wa Salam di usianya yang ke 63. Ayat yang menjadi penutup Al Qur'an ini ini juga merupakan penanda bahwa hari itu Islam telah disempurnakan.
SEMPURNA,
Kata ini yang saya ingin garis bawahi dalam redaksi catatan kesekian ini.
Bahwasannya Islam ini telah sempurna dan diridhai sebagai sebuah tatanan indah yang akan membimbing seluruh manusia yang beriman dan memahaminya, didalamnya mencakup keseluruhan hukum hukum dan tuntunan dalam membina hubungan sosial manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Rabb-nya.
Islam ini telah disempurnakan dan di syah-kan oleh pencipta Alam semesta ini, sebagai sumber utama dan satu satunya jalan untuk menuju kebahagiaan sesungguhnya di Dunia dan Akhirat.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini,
Izinkan ana untuk membuat sebuah Sinergi Kebahagiaan dan Iman, dengan harapan kita semua bisa menemukan kembali perspective kebahagiaan dalam Islam kita.
Karena kita tidak akan pernah bahagia, jika tidak tahu seni atau cara untuk berbahagia.
Kita adalah Ummat Islam yang selayaknya berbahagia dengan ke Islaman kita.
Sungguh saya yang lemah Ilmu ini, ingin sekali menebarkan senyum tulus dari hati saya melalui aliran deretan kata kata sederhana dengan harapan bisa menyegarkan Iman di singgasana dada kita. Hingga, dalam hidup saya yang singkat ini ada sebuah catatan pena yang berkesan dan menyentuh relung relung kesadaran kita.
Semoga goresan ini bisa menata tatanan Kontruksi Iman melalui sentuhan diksi dan analogi untuk menyentuh dan menggetarkan dinding hati yang rapuh, menguatkannya dan menanamkan sebuah kesadaran agar kita segera menyadari sepenuhnya bahwa dalam diri kita ini ada sebuah energi luar biasa yang bisa mengubah keseluruhan cara pandang kita dalam berfikir dan bertindak.
ENERGI IMAN.
Energi Dahsyat yang menentukan kebahagiaan dan kekayaan hati seorang muslim.
Energi yang tidak terkalahkan dengan energi Apapun, karena keberadaannya dipancarkan langsung dari Nur Illahi yang akan menerangi, mengilhami, mengarahkan dan mengubah semua bentuk keresahan, kekecewaan dan penyesalan menjadi kata kata bahagia dalam syukur.
Kata Iman ini sengaja saya pilihkan, karena pemahaman dan pengaruh dalam kata yang membahana dalam singgasana hati kita ini mencakup keseluruhan aspek aspek kehidupan Manusia.
Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah ra, berkata:
"Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku dalam (agama) Islam ini ucapan yang mencakup semua perkara Islam sehingga aku tidak perlu lagi bertanya tentang hal itu kepada orang lain selain engkau. Rasulullah saw bersabda: “Ucapkanlah: “Aku beriman kepada Allah”, kemudian beristiqomahlah dalam ucapan itu” (Lihat Shahih Muslim, No. 38)
Allah Berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Robb kami ialah Allah” kemudian mereka beristiqomah (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):”Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat: 30)
Kata Iman ini adalah jaminan kebahagiaan dari Allah, kita hanya tinggal menjemput dan mengenalinya dengan Pemahaman dan Ilmu yang benar.
Untuk mendefinisikan kata Iman ini, mari sejenak kita ikuti sebuah peristiwa penting ketika Malaikat Jibril Alaihissalam turun ke bumi dan disaksikan para sahabat seperti yang diriwayatkan Ummar ra:
Dari Umar ra, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya.
Kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.”
Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.”
Orang itu berkata: ”Engkau benar.
"Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya.
Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”.
Rasulullah saw menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”
Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.”
Rasulullah saw menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”
Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.”
Rasulullah saw menjawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.”
Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.”
Rasulullah saw menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.”
Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya.
Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”.
Aku menjawab: ”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.”
Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”
SUMBER HADITS
Dikutif dari Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi #2
Dalam Shahih Muslim No. 10, hadits senada diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra.
Ikhwahfillah,
Perlu diketahui, Hadits inilah yang melalui Ijtihad para Ulama kemudian disimpulkan menjadi 'Rukun Iman' dan 'Rukun Islam',
Dalam catatan Ini, saya tidak akan membahas secara definitif Rukun Rukun Iman tersebut,
Karena hal tersebut telah kita pahami bersama. Bahkan jika kita tanya anak berusia 5 tahun'pun mereka sudah hafal. Oleh karenanya, sajian singkat yang saya coba munculkan adalah sebuah Sinergi atau Korelasi antara Kebahagiaan dengan Iman.
Benarkah kita sudah memahami Essensi dari Iman?
Jika seorang kafir, suatu hari dalam hidupnya dihinggapi kata kecewa, merasa patah dan putus asa kemudian terlintas ingin mengakhiri hidupnya..itu adalah sangat wajar dan bisa kita maklum. Karena jiwa mereka terbentuk atas rangka kosong pemikiran mereka saja, mereka telah mengabaikan dan mematikan sendiri tunas tunas Iman yang telah Allah tiupkan dalam penciptaannya.
Tapi bagi seorang Muslim atau seorang Muslimah,
Sudah tidak selayaknya, perasaan tersebut melalaikan kita dari rencana rencana kehidupan yang telah kita susun sedemikian rupa. Apalagi sampai membuat kita lupa terhadap management kematian kita. Sangat disayangkan jika kita mengizinkan tetesan air mata untuk sesuatu yang tidak berharga hingga tanpa disadari Dunia telah tertawa menertawai kelemahanmu.
Mari kemari,..
Sudah selayaknya kita segera menyegarkan kembali Jiwa kita, menata Hati dan meneguhkan tatanan Iman dan mulai berfikir ulang tentang apa, dimana dan akan kemana diri kita sebenarnya.
Kita hanyalah singgah di dunia ini, jangan persinggahan ini kita jadikan goa sunyi tanpa makna.
Jangan kesedihan, kekecewaan dan penyesalan melalaikan kita dari persiapan untuk mengumpulkan bekal yang sebanyak banyaknya untuk sebuah jalanan panjang diakhirat kelak.
Segera sadari bahwa dalam Hati kita ini ada Energi luarbiasa yang bisa kita hadirkan untuk meredam segala kekecewaan hidup dan menyegarkan suasana kota hati kita yang teduh dari pancaran "Energi Iman".
Energi Iman yang kita genggam itu kemudian diharapkan bisa me-revolusi singgasana hati kita dan menggerakkan syaraf syaraf pemikiran kita. Agar keberadaannya bisa mengarahkan dan mengubah segala bentuk reaksi yang tubuh kita respon kedalam realisasi syukur yang akan memancarkan kebahagiaan berkualitas.
Mari kita Sinergikan,
Sehingga kita dapat segera menemukan sebuah alasan untuk "sanggup berbahagia" dengan Islam kita yang sempurna Ini.
Dalam Shahih Muslim tersebut, Rasulullah Shalallahu' Alaihi wassalam telah menggariskan bahwa Iman itu terbagi kedalam beberapa pokok utama;
”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk".
Terlihat dengan jelas, terdapat 6 point yang kemudian saya definisikan sebagai Pilar Pilar Iman, yaitu; Iman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepadapara Rasul- Nya, kepada hari Akhir serta takdir-Nya, yang baik dan yang buruk.
SINERGI KEBAHAGIAAN DENGAN 6 PILAR PILAR IMAN
IMAN KEPADA ALLAH
Rasulullah saw bersabda;
"Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada". (HR. Ath Thobari)
Dalam hadits Qudsi yang ditakhrij At-Tirmidzi, Rasulullah saw bersabda; bahwa Allah ta'ala berfirman; "Aku sesuai prasangka Hamba Ku kepada-Ku...",
Kita sering memahami dengan sempit bahwasannya ketika kita mendekat Allah mendekat, dan serta merta mengartikan Allah jauh saat Hamba Nya jauh. Jika kita berfikir, sebenarnya logika kitapun bisa memahami, bahwasannya disaat kita jauh'pun Allah selalu menaungi kita.
Tanyakan kepada dirimu.
Apa yang akan terjadi jika satu menit saja Allah berlepas diri dari tubuh dan jiwa mu?
Bisakah kita berdiri? Mampukah kita mengendalikan sebuah kontraksi aksi reaksi yang membuat tubuh kita stabil dan berdiri sepersekian detik saja tanpa pertolongan Allah?
"...dan tiada sehelai DAUN pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)". (QS 6:59)
"Tidak ada sesuatu MUSIBAH pun yang menimpa seseorang kecuali dengan IZIN Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS 64: 11)
Dari dua ayat mulia ini, kita bisa menemukan sebuah keterkaitan yang merangsang jiwa kita untuk berfikir.
Bahwa ketika kita mengimani, bahwasannya tak ada selembar daunpun yang jatuh dan tak ada satu musibahpun yang menghampiri kita tanpa s.e.i.z.i.n. Allah..
Maka tak ada alasan yang akan dibenarkan fikiran sehat kita untuk khawatir atas sesuatu yang belum terjadi. Karena Bumi ini milik Allah, dan dari pemahaman sederhana inilah sudah selayaknya kita bisa benar benar menyandarkan jiwa raga kita kembali kepada Allah.
IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH
Rasulullah saw, meletakan urutan Iman kepada Malaikat Allah dalam tahap kedua ini tentu bukan tanpa sebuah makna.
Dengan mengimani kembali, bahwasannya Allah memiliki para malaikat untuk mengerjakan tugas Nya menjaga stabilitas Alam semesta dan seluruh mahluk Nya dibumi ini, kita akan segera kembali tersadar.
Sahabat, belakangan ini seorang Ahli Fisika dari Mesir bernama DR. Mansour Hassab El Naby berhasil membuktikan berdasarkan petunjuk Al Qur'an dalam As Sajdah Ayat 5 dan Al Ma'arij ayat 4 yang digabungkan dengna Ilmus Sains dan Matematika Al Quran, beliau menyimpulkan bahwa kecepatan terbang malaikat Jibril dan malaikat lain yaitu 50 kali kecepatan cahaya! Subhanallah!
Sampai saat ini pengetahuan manusia belum menemukan sesuatu pun yang mempunyai kecepatan melebihi kecepatan cahaya.
Ini hanya sebagai gambaran nyata tentang kekuasaan dan pertolongan Allah yang cepat, saya sertakan fakta ilmiah ini karena kadang kita butuh hal hal yang Ilmiah atau nyata.
Jika kita mengimani hal ini maka tidak akan ada lagi kekhawatiran tentang do'a kita yang belum dikabulkan.
Bahkan kecepatan pertolongan Allah itu melewati batas batas perhitungan manusia karena sesungguhnya Allah tidak membutuhkan bantuan mahluk Nya untuk mengatur Alam semesta ini. Itu semua semata mata sebagai bahan pelajaran untuk jiwa jiwa yang berfikir.
Secara sederhana,
Kita mengetahui bahwa dalam diri kita setidaknya terdapat dua malaikat yang mencatat seluruh aktifitas hati dan tubuh kita. Malaikat ini tidak pernah lelah, tidak pernah tidur dan tidak pernah enggan atau kasihan untuk mencatat dan melaporkan catatan amal buruk seorang Manusia kehadapan Rabb-nya.
Keberadaan Malaikat Rakib dan Atid ini laksana sebuah kamera rahasia yang merekam semua aktifitas kita.
Mari kita analogikan.
Jika kita menyadari, bahwa dalam ruangan kamar kita ada sebuah kamera yang menyayangkan semua aktifitas kita kepada orang yang kita cintai dan mencintai kita. Tentu kita akan sangat berhati hati untuk melakukan hal yang tidak disukai orang yang dicintai kita, apalagi hal hal yang menimbulkan kecemburuan kepadanya?
Dan sadarilah lagi bahwa Allah lah, Dzat yang paling mencintai kita melebihi apapun, Allah yang mencintai Ummatnya yang bertakwa. Allah juga Maha Melihat, dan ketahuilah bahwa juga akan cemburu!
Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu cemburu dan orang yang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa yang diharamkan". (Shahih Muslim No.4959. Lihat juga Shahih Muslim No.2755, No.4955)
Dari kesadaran Iman kepada Malaikat inilah, Kita akan menyadari sepenuhnya, bahwa kita tidak sendiri dalam segala warna rasa hati ini. Ada malaikat malaikat Allah yang berbaris baris menyaksikan shalat malam kita. Ada malaikat malaikat yang mencatat segala Aktifitas kita.
IMAN KEPADA KITAB ALLAH
Semenjak Nabi Adam Alahissalam hingga Nabi dan Rasul terakhir, Muhammad Shalallahu' Alaihi wa Salam. Allah telah menurunkan wahyu Nya yang kemudian disebut dengan Kitab Kitab tertentu melalui Malaikat Jibril As.
Kita yang hidup diakhir Jaman dan sebagai Ummat Muhammad Saw, yang wajib kita Imani adalah Al Qur'an yang benar dan membenarkan kitab kitab sebelumnya. Kebenarannya di jamin dan dijaga langsung oleh Allah Subhana Huwwata'ala.
Mari kita Analogikan lagi.
Dalam kehidupan kita, Al Qur'an laksana sebuah Skenario Agung yang menuliskan garis garis besar yang harus dilakukan oleh Manusia di Dunia panggung sandiwara yang fatamorgana ini.
Kita adalah Aktor dan Aktris yang dipilih Allah untuk memerankan peranan peranan sesuai Skenario Al Qur'an yang dijelaskan Al Hadits.
Aktor yang sukses adalah Aktor yang memahami Skenario bukan?
Bagaimana seorang Muslim akan sukses meraih bahagia dan Ridha Allah ta'ala jika Al Qur'an sebagai Skenario kehidupan ini tidak di Imani atau diabaikan?
Inilah urgensi bagwa Rasulullah Saw telah mewajibkan untuk mencari Ilmu, karena saat Tafsir Tafsir Al Qur'an dan buku buku pengetahuan sudah beralih menjadi Ilmu Ilmu Digital yang bisa diakses dari Internet.
Dengan mengimani dan mempelajari setiap bait bait indah Al Qur'an,
Insha Allah kita akan menemukan kembali Energi Iman yang akan meneguhkan dan meneduhkan Jiwa kita.
IMAN KEPADA RASUL ALLAH
Seperti yang kita tahu.
Iman kepada Rasul Rasul Allah yang wajib adalah mengimani 25 Nabi dan Rasul.
Iman kepada Rasulullah Saw ini telah di ikrarkan dalam Syahadattain..
Disana kita telah bersumpah dalam kesaksian kita, bahwa Rasullullah saw adalah Utusan Allah yang harus kita Imani segala nasihat dan tuntunannya. Jika kita mencintai dan menjadikan beliau sebagai panutan dan tuntunan hidup yang hidup dalam hati kita, kita akan mendapati banyak hal berharga dari Nasihat Nasihatnya yang penuh makna.
Jika kita telah berhasil menghidupkan Rasulullah dalam hati kita,
Kita akan senantiasa dibimbingnya dengan Nasihat Nasihatnya yang telah tercatat dalam ribuan Hadits nya yang penuh makna.
IMAN KEPADA HARI KIAMAT.
Sahabat fillah,
Dalam pengetahuan dasar, Kiamat itu terbagi dua; Kiamat Qubra dan Kiamat Sugra.
Saya sederhanakan pembahasan ini, kiamat Sugra ini berupa Kiamat Kecil yang menimpa diri kita bisa berbentuk bencana bencana dan Kematian...
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw.: Kapankah kiamat akan tiba? Di sebelahnya terdapat seorang pemuda Ansar yang masih belia bernama Muhammad, maka Rasulullah saw. bersabda: "Ketika pemuda ini hidup lama, maka sebelum ia mencapai usia tua renta kiamat sudah tiba". (Shahih Muslim No.5249)
Saya memahami bahwa Kiamat yang digariskan Rasulullah dalam Hadits diatas adalah kiamat Kecil, yaitu sebuah kematian pemuda itu. Wallahu'alam
Yang perlu kita sinergikan dalam hal ini adalah, jika kita senantiasa mengimani dan mengingat kematian yang akan menjumpai kita.. Kita akan senantiasa bersiap siaga, dan bersegera menyiapkan bekal untuk akhirat kita dikehidupan kita yang sebentar ini.
Rasulullah saw bersabda;
"Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu meninggalkannya". (HR. Ibnu Majah)
Kita di dunia ini bagaikan seorang musafir yang sedangberteduh dibawah pohon dalam perjalanan berhari hari menempuh ribuan kilometer menuju sebuah tujuan.
Betapa sebentarnya Usia kita jika dibandingkan keabadian Akhirat.
Dari pemahaman ini, Energi Iman dalam diri kita akan terpancar untuk menggerakan kita, untuk bersegera bangkit dari kesedihan yang tidak penting dan kembali tegar. Inhsa Allah
IMAN KEPADA TAKDIR ALLAH.
Ini adalah Hal yang paling ingin saya tekankan dalam sinergi kebahagiaan dengan Iman ini,
Jika kita telah mengimani sepenuh Hati. Bahwasannya segala details yang terjadi disetiap detik detik dikehidupan kita, setiap luka, kesedihan, goresan goresan yang menyayat hati kita - semua telah tertulis dalam perencanaan dan ketentuan Takdir Allah Azza wajala yang sempurna, kita tidak akan berat melangkahkan kaki untuk urusan Dunia ini.
Hati kita akan dengan mudah memalingkan penolakan kepada penerimaan.
Hati kita akan dengan mudah mengikhlaskan dan menyandarkan segala sesuatunya kepada Allah Aza wajala yang menjadi Sutradara dan Raja Dunia dan Akhirat dengan 99 sifat dan nama Agung Nya.
Kita memang terikat takdir, karena kita adalah Hamba.
Meskipun demikian, sungguh Allah aza wajala adalah maha Adil. Didalam perencanaanya yang sempurna, Allah juga memberikan celah celah bagi Hamba Hambanya yang beriman untuk berdo'a.
Rasulullah saw bersabda; "Tidak ada gunanya waspada menghadapi takdir, namun do'a bermanfaat menghadapi takdir, sebelum dan sesudah ia turun. Dan sesungguhnya setelah musibah itu ditakdirkan turun (dari Langit) maka ia segera disambut oleh Do'a (dari bumi) lalu keduanya bertarung sampai Hari Kiamat". (HR HAKIM, AHMAD, BAZZAR, AT TABHRANI)
Ibnu Qayyim menjelaskan "Jika Prisai Do'amu lebih Kuat dari Musibah, ia akan menolaknya. Tetapi Jika musibah lebih kuat dari Prisai Do'a mu Maka ia Akan menimpamu. Namun sedikitnya Tetap Akan Mengurangi Efeknya. Adapun Jika Prisai Doamu seimbang dengan kekuatan Musibah. Maka keduanya Akan Bertarung".
Betapa meruginya Kita jika, optimisme kita yang menggebu gebu tidak disertai Do'a.
Betapa meruginya jika kita tidak memanfaatkan senjata Ampuh yang dianugerahkan Allah kepada setiap jiwa yang Beriman ini.
Betapa meruginya kita yang lupa berdo'a saat badai Ujian itu menerpa kita.
Padahal tidak ada kesia siaan didalam do'a. Jika kita memohon Maka Akan Allah Kabulkan, Itu Janji Allah. Cepat Atau lambat, di dunia atau di akhirat kelak.. Dengan pertimbanganNya yg sempurna, untuk kebaikan Kita.
Jika pandangan kita melihat Do'a kita disambut oleh Allah' pun.. kita sudah mendapat satu point pahala. karena Do'a Kita dicatat sebagai Nilai Ibadah.
Dengan menyandarkan diri dan jiwa kita kepada keimanan terhadap takdir baik dan jelek Ini kita, Insha Allah, akan menyadari betapa besarnya Energi Iman yang bisa meredam segala bentuk kekecewaan.
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Energi Iman hanya akan terpancar dari Hati kita ketika kita mengimani dan memegang teguh Pilar Pilar Iman yang digariskan Rasulullah Shalallahu' Alaihi wa Salam secara menyeluruh.
Ikhwahfillah,
Tidak ada yang dapat menolak. Keimanan didada kita cendrung naik dan turun.
Iman bisa naik dengan ibadah ibadah kita dan saat kita berkumpul dengan orang orang salih, sementara Iman bisa merosot secara drastis ketika kita mulai terjerembab dalam kemaksiatan.
Dari bahasan panjang yang melelahkan ini,
Saya sangat ingin menyampaikan sebuah pemahaman yang harus senantiasa kita ingat bahwa perjalanan singkat kita didunia ini akan berakhir di jembatan kematian yang akan menghubungkan kita ke Alam Akhirat. Sebuah kehidupan yang sesungguhnya.
Sebuah kehidupan yang harus senantiasa kita persiapkan dalam keseluruhan hidup ini.
Senantiasa ingat, bahwa sebuah peluru kematian sedang mengintai kita. Peluru itu telah dilepas dari takdir Allah yang sesiapapun tidak bisa mengelaknya, peluru itu akan sampai kepada kita dalam waktu yang tepat.
Kehidupan dunia ini sangat singkat dan sederhana, tapi dari kesederhanaan warna warna yang kita lihat saat inilah kehidupan akhirat kita ditentukan.
Rasulullah saw telah menggambarkan, bahwa dunia ini hanyalah sebanding dengan setetes air dengan Lautan.
“Tidaklah kehidupan dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat, kecuali seperti saat salah seorang diantara kamu mencelupkan jari telunjuknya di samudra lautan, lalu lihatlah yang tersisa di jari telunjuknya itu (itulah dunia)” (HR Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Itulah dunia.
Dunia yang sering melalaikan kita.
Jangan sampai Ibadah rutinitas kita tidak mampu mencairkan segala problematika kita, semua dari kita punya masalah dan akan tetap begitu hingga hari akhir kita.
Last but not least!
Mari kita senantiasa mengarahkan segala Aktifitas kita,
Untuk bersama mengejar dan berlomba lomba mencari Keridhaan Allah Semata. Karena Ibadah kita tidak akan pernah bisa menukar Syurga Nya Allah atau menahan Azab neraka.
Rahmat dan Keridaan Allah lah yang akan menaungi Kita.
Rasulullah bersabda; "Tidak seorang pun di antara kalian yang akan diselamatkan oleh amal perbuatannya. Seorang lelaki bertanya: Engkau pun tidak, wahai Rasulullah? Rasulullah saw. menjawab: Aku juga tidak, hanya saja Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku akan tetapi tetaplah kalian berusaha berbuat dan berkata yang benar". (Muslim No.5036, riwayat Abu Hurairah ra)
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk mampu menghadirkan "Energi Iman" didada kita agar kehadirannya mampu "Merevolusi Hati" kita untuk lepas dari segala jeratan kekecewaan, kesedihan, penolakan, penyesalan dan mengubahnya kedalam bentuk syukur; Alhamdulillah.
Karena dari Hatilah semuanya berawal.
Dan singgasana kebahagiaan berada di kota hati kita dan wajah yang memancarkan Energi kebahagiaan dari Iman yang akan membahagiakan hati seseorang berharga disekitar kita.
"IMAN laksana sebuah pohon dihatimu, naungannya memberi kesejukan.
Dari pohonnya tunas tunas harapan akan terus terlahir, jika terus kamu sirami dia akan berbunga kebahagiaan yang harumnya menebari setiap jalanan yang kamu lalui..
Dan perhatikanlah, seiring keistiqamahan yang terjaga dari bunga itu akan lahir buah ranum nan indah yang bernama IKHLAS"
Insha Allah, Berbahagialah dengan Islam-mu.
Salam Bahagia,
SuRyA PaNgKaPi
Bali March 2011
"Marah & Rahasia Iblis"
Adakah marah yang enak ?
Seberapa sering kita merasa marah, membuat marah, memanjakan kemarahan atau meredamnya?
Dilampiaskan atau diredam, marah sangat menguras energi dan membuat kita merasa lelah dan capai.
Sadarkah iblis telah menindih hati kita dengan marah, hingga kita lelah?
Masalahnya, kita malah berterimakasih kepada iblis dengan melampiaskan kemarahan itu dengan menyakiti mukmin disamping kita?
Padahal jika kita melampiaskan marah itu si iblis akan semakin senang dan sukses sukses dan sukses lagi.
Sebagai muslim yang cerdas,
Apa yang seharusnya dilakukan?
Meredam marah adalah bukan hal yang mudah, karena inilah letak peperangan terhebat dalam diri kita; yaitu mengendalikan dan memerangi annafs dalam dada kita. Ketika kita berhasil meredam marah, kita menang dan ketika kita mengikutinya kita adalah pecundang dan Iblis pemenangnya.
Seorang muslim yang cerdas seharusnya merasa rugi telah memanjakan Iblis dengan mengikuti kemarahan tanpa meredamnya. Jika telah tau bahwa rasa marah itu tidak meng-enakan, hal yang harus dilakukan adalah bukan melampiaskan kemarahan itu kepada orang terdekat tetapi bagaimana membuat si iblis ini tau rasa. Kita seharusnya mencari cara bagaimana kita bisa balik memarahi si iblis ini.
Bagaimana memarahi si iblis dan agar dia tau rasa?
Sakiti dia! Usir dia, dengan segera mengingat Allah.. membasuh wajah kita dan dirikan shalat. Hingga dia benar benar kabur dan diri dan hati kita menjadi tenang.
Sekali lagi sakiti iblis iblis itu, karena dia telah menyesakan dada kita.
Ingatlah kata kata ini saat kita mulai marah; bahwa kita harus menekadkan diri untuk menyakiti iblis yang setiap hari gigih menjerumuskan kita dengan berbagai cara..
Adalah mengherankan, jika ada seorang mukmin yang menyibukan diri untuk menyakiti saudaranya, sibuk iri dan dengki, sibuk berprasangka, sementara dengan hal hal itu telah memanjakan iblis. Mereka terlupa untuk menyakiti musuh manusia yang sesungguhnya.....IBLIS LAKNATILLAH.
RAHASIA IBLIS
Berikut ini ada sebuah Riwayat, tentang rahasia Iblis.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan bisa mempelajari tentang musuh kita, agar kita berhati hati dan tidak termasuk sebagai daftar teman Iblis.
Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah:
“Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku".
Rasulullah bersabda:
“Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab:
“Allah dan rasulNya yang lebih tahu.” Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata:
“Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.
Nabi menahannya:
“Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya.
Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Iblis berkata:
“Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW lalu menjawab:
“Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”
Iblis menjawab:
“Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”
Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata: “Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.” “Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.
Orang Yang Dibenci Iblis, Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis:
“Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”
“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”
“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”
“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”
”Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”
“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”
“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”
“Umar bin Khattab?” “Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.” “Usman bin Affan?” “Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.” “Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.”
(Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)
"Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis “Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”
“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”
“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”
“Jika ia berhaji?” “Aku seperti orang gila.”
“Jika ia membaca al-Quran?” “Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”
“Jika ia bersedekah?” “Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.
” “Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya.
Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”
“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”
“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”
“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”
“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam – diam.”
“Apa yang dapat menusuk matamu?” “Shalat fajar.”
“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”
“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”
Bagaimana cara makanmu?” “Dengan tangan kiri dan jariku.”
“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.” Manusia Yang Menjadi Teman Iblis Nabi lalu bertanya :
“Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”
“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”
“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”
“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”
“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”
“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”
“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”
“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”
Demikian,
Semoga Kita Tidak Termasuk orang-orang yang dicintai oleh Iblis, dan senantiasa berusaha untuk menjadi bagian dari mereka yang bisa menyengsarakan Iblis. Musuh kita bersama.
Wallahualam
Pangkapi 2011
Rabu, 04 Mei 2011
SABAR
Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda Sedihkan, Pahamilah Harga Yang kamu Sedihkan dan Usirlah Setiap Kegalauan! Yang Lalu Biar Berlalu, Hari Ini Milikmu, Biarkan Masa Depan Datang Sendiri dan Yakinilah Bahwa dirimu Tetap Mulia Bersama Para Penerima Cobaan.
BUANGLAH RASA CEMAS, JANGAN BERSEDIH. KARENA RABB MAHA PENGAMPUN DOSA DAN PENERIMA TAUBAT, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qadha' dan Qadar.
Jangan Bersedih,
Karena Masih Ada Sebab-sebab yang Membuat Musibah Terasa Ringan, Dan Ingatlah Ada Rahasia di Balik Semua Itu. Bersabar Atas Sesuatu yang Tidak Anda Sukai Adalah Jalan Menuju Kemenangan
Jangan Bersedih Dengan Ujian dan Cobaan Allah.
Sebab, Bisa Jadi Itu Merupakan Karunia dan Ganjaran. Terimalah Setiap Pemberian Allah Dengan Rela Hati, Niscaya Anda Menjadi Manusia Paling Kaya
Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat Baik Kepada Orang Lain, Jangan Bersedih Karena Anda Berbeda dengan Orang Lain
Jangan Bersedih, Karena Sesungguhnya Dunia Terlalu Hina untuk Membuat Anda Bersedih
Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab Padanya Terdapat Keselamatan!
Jangan Bersedih Selama Anda Masih Memiliki Sepotong Roti, Segelas Air dan Kain yang Menutupi Tubuh
Jangan Bersedih.
Karena yang Anda Sedihkan Itu Akan Berakhir, Hiburlah Dirimu Dengan Bencana yang Menimpa Orang Lain
Bisa Saja, Badan Jadi Sehat Karena Penyakit, Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan Bumi! dan Bergembiralah Dengan Pertolongan yang Segera Datang
Keridhaan Hati Menghilangkan Kesedihan
Iman Adalah Kehidupan. Iman Adalah Obat Paling Mujarab
SABAR ITU INDAH
Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. Bersama Kesulitan Ada Kemudahan. Allahlah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesulitan Apabila la Berdoa. Allah juga Mengabulkan Permohonan Seorang Musyrik, Apalagi terhadap Seorang Muslim yang Bertauhid?
Jangan Bersedih Selama Anda Beriman Kepada Allah
"Cukuplah Allah menjadi penolong dan Allah adalah sebaik-baik pelindung."
JANGAN BERSEDIH, KARENA DISANA MASIH ADA RENCANA, KEHIDUPAN DAN HARI YANG LAIN
Jangan Bersedih!
Karena Hidup Ini Bukan untuk Ditangisi, Karena Alam ini Diciptakan Memang Seperti Itu. Pilihlah Apa yang Telah Dipilih Allah untuk Anda. Carilah Kebahagiaan Dalam Diri Sendiri, Bukan di Sekitar dan di Luar Diri Anda
Jauhi Depresi.
Karena Depresi Merupakan Jalan Menuju Kesengsaraandan merupakan Gerbang Bunuh Diri. Tanyakan Pada Diri Anda Tentang Hari Ini, Kemarin, dan Hari Esok. Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan Terjadi!
Jangan Bersedih, Sebab Kesedihan Akan Menguras Potensi dan Energi!
Hari-hari Akan Terus Berputar, Sesungguhnya Kehidupan Lebih Pendek dari yang Anda Bayangkan
Bersedih : Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat
Jangan Bersedih Karena Masalah yang Sepele, Sebab Dunia dan Segala Isinya Tidak Ada Artinya
Jangan Marah!
Cukuplah Allah Sebagai Pelindung dan Saksi, Serahkan Orang yang Menzalimi Anda Itu Kepada Allah, Jangan Memperhatikan Orang-orang yang Menyebarkan Berita Bohong.
Konsekuensi Kemaksiatan Adalah Kesusahan
Padamkan Api Dendam Sebelum Membakar Diri Anda
Kebiasaan Balas Dendam Adalah Racun Berbisa di Dalam Jiwa yang Bergejolak
Cobaan Itu untuk Kebaikan
Yang Tampak Berbahaya Mungkin Bermanfaat, Bersikaplah Ridha Kepada Allah, Tetaplah Ridha Walaupun Harus Menggenggam Bara. Musibah itu Menghapuskan Dosa-dosa
Dan Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis
Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya
Mundur dari Tantangan Adalah Solusi Sementara yang Akan Menyiratkan Jalan Keluar
Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan Anda!
Sikap Lemah Lembut Membantu Mencapai Tujuan, Bayangkan Kemungkinan Terpahit
Siapa Menanam, Dia akan Menuai
Orang Itu Dinilai dari Sifatnya yang Menonjol
KERIDHAAN ADALAH KEKAYAAN DAN RASA AMAN
Jangan Melawan Rabb, Keselamatan Itu Ada Bersama Keridhaan. Tidak Menerima Adalah Pintu Keraguan. Orang yang Tidak Mau Menerima, Tidak Akan Pernah Diterima
Buah dari Tidak Menerima Adalah Kekufuran
Tidak Menerima Adalah Jerat Setan
Keridhaan Akan Menyingkirkan Hawa Nafsu
Allah Akan Menggantikan yang Hilang Dengan yang Lebih Baik
Allah Akan Menunjuki Hati Orang yang Beriman Kepada-Nya
"Allah Maha Baik terhadap hamba-hamba-Nya."
Allah Memberi Rezeki dari Arah yang Tak Disangka-sangka
Jangan Bersedih Lantaran Anda Beriman Kepada Allah
Jangan Bersedih Selama Anda Memahami Islam
Keridhaan Hati Menghilangkan Kesedihan, Buah dari Keridhaan Adalah Rasa Bersyukur
Jika Masih Sehat dan Bisa Makan, Maka Katakan Kepada Dunia: "Salamsejahtera"
Segala Sesuatu Itu Bertasbih Memuji Rabb-Nya, Mohonlah Kepada-Nya.
Ketenangan Hati Hanya Ada di Surga, Kehidupan Itu Seluruhnya Susah Payah. Hiasilah Hati Anda, Niscaya Anda Akan Melihat Bahwa Alam Semesta ini Sangat Indah
Syukurilah, Seperti Itulah Anda Diciptakan
Bagaimana Anda Mensyukuri yang Banyak, Jika yang Sedikit Saja Tak Mampu?
PETUNJUK ITU ADA DI JALAN MEREKA YANG MENCARINYA
Jangan Bersedih, Karena Syariat itu Mudah dan Memudahkan
"Berjalanlah di muka bumi!"
Allah Adalah Pelindung Orang-orang yang Beriman, Jangan Terlalu Lama Berpikir Atau Ragu, Tapi Berbuatlah dan Tinggalkan Kekosongan, Isi Waktu Luang dengan Berbuat, Hadapi Hidup Ini Apa Adanya.
Jika Lelah Beristirahatlah, Karena Beristirahat Akan Sangat Membantu Kelanjutan Perjalanan
Perbanyak Membaca dan Merenung! Ketahuilah, Dengan Buku Anda Bisa Meningkatkan Potensi, Ilmu Adalah Petunjuk Sekaligus Obat. Tapi Ingat Ada Ilmu yang Bermanfaat dan yang Membahayakan
Dan Carilah Pekerjaan yang Menyenangkan. Libatkan Diri Anda Dalam Pekerjaan yang Bermanfaat karena Pekerjaan yang Baik Adalah Jalan Menuju Kebahagiaan
Berhati-hatilah, Telitilah! Bulatkan Tekad Terlebih Dulu, Lalu Majulah!
Tapi, Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala! Ingat, Kehidupan Kita Bukan Hanya di Dunia Saja.
Keabadian Itu Ada di Sana, diakhirat, Bukan di Sini bukan du Dunia.
Orang yang Bersabar Akan Mendapatkan yang Terbaik, Manfaatkan Waktu Luang dan Kesehatan untuk Taat Kepada Allah
Istighfar Adalah Pembuka Jalan, Tunggulah Jalan Keluar!
Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih Memiliki Banyak Kenikmatan, Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah, Perbanyaklah Istighfar Karena Allah Maha Pengampun!
Dalam Hidup Anda Ada Detik-detik yang Berharga,
Kadang kita terus berlari mengejar kebahagiaan, tanpa disadari tubuh semakin menjauhi dan berlari kearah berlawanan, sehingga kebahagiaan semakin tak terlihat terbutakan nafsu dan hayalan. Berhentilah sejenak, bertafakur, renungkan kembali, Untuk apa Kita semua Disini?
Semoga Deretan dan Rangkaian Kata diatas menjadi Bahan Tafakur!
Disusun Dari Karya Indah DR. 'Aidh al-Qarni dalam Buku Fenomenal "La Tahzan"
Sengaja, Saya suguhkan kembali dalam bentuk note sederhana dengan bait bait bebas, Agar mudah dibaca dan bisa memacu SEMANGAT dan menyegarkan kembali relung relung keimanan yang layu butuh inspirasi Untuk tetap berjalan menuju Keridhaan Allah Tabaroka Wataala.
Semoga Kabut itu segera Sirna,
Jangan bersedih, Karena kehidupan Ini seluruhnya Susah Payah dan Ketenangan Hanya Ada Di Syurga. Teruslah berjalan, jangan berhenti, jangan terhenti..
ma'assalam
Sabtu, 30 April 2011
Jeratan Kemiskinan
Celah Celah Bahagia dalam "Jeratan Kemiskinan"
"Robbku menawarkan kepadaku untuk menjadikan lembah Mekah seluruhnya emas. Aku menjawab, "Jangan ya Allah, aku ingin satu hari kenyang dan satu hari lapar. Apabila aku lapar aku akan memohon dan ingat kepada-Mu dan bila kenyang aku akan bertahmid dan bersyukur kepada-Mu" (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Inilah sosok Zuhud yang mengagumkan dari manusia kesayangan Allah, Rasulullah shalallahualaihi wassalam. Tidak hanya itu, dalam kesempatan lain sesuai yang diriwayatkan Al Bukhari, Rasulullahpun pernah berdoa yang mengejutkan;
"Ya Allah, langsungkan hidupku dalam kemiskinan dan wafatkan aku dalam keadaan miskin, dan bangkitkan pula aku kembali dalam kelompok orang-orang miskin". (HR. Bukhari)
Begitu mengesankan do'a beliau, ketika hampir semua manusia meminta diluaskan rizki beliau mendambakan hidup sederhana, bersahaja dan tetap bersama sama orang miskin hingga kesyurga nanti.
Kata kata beliau memang mengagumkan dan penuh makna,
Tapi dalam hal kezuhudan ini, Rasulullah saw tidak menjadikan arti kata miskin sebagai kiasan belaka, beliau memang menjalani seluruh kehidupannya dalam kemiskinan, hingga seperti yang diriwayatkan Aisyah Ra, hingga kematiannya beliau tetap zuhud dan tidak meninggalkan warisan berupa harta kepada keturunannya.
Ikhwahfillah,
Zuhud atau bersahaja ini adalah seni hidup Rasulullah dan beliau beserta keluarganya telah memilih dan menjalankannya sebagai sebuah sunnah untuk ummatnya.
Lalu apa gerangan Rahasia dibalik pesan indah beliau kepada kita tentang sikap Zuhud ini, sehingga beliau mengajarkannya?
"Barangsiapa zuhud di dunia maka ringan baginya segala musibah". (HR. Asysyihaab)
"Kepuasan (rela dengan bagiannya) adalah pusaka yang tidak bisa hilang". (HR. Al-Baihaqi)
"Telah Sukses orang yang beriman dan memperoleh rezeki yang Kecil dan hatinya pun akan disenangkan Allah dengan pemberianNya itu". (HR. Muslim)
Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bila aku amalkan niscaya aku akan dicintai Allah dan manusia." Rasulullah Saw menjawab, "Hiduplah di dunia dengan berzuhud (bersahaja) maka kamu akan dicintai Allah, dan jangan tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya kamu akan disenangi manusia." (HR. Ibnu Majah).
Inilah rahasia mengapa Rasulullah memilih hidup dalam kemiskinan, meski beliau pernah ditawarkan kekayaan.
Sahabat, bayangkanlah ketika kita dicintai sesosok ahwat shaliha atau ikhwan shalih kita begitu merasakan indahnya kebahagiaan. Tapi kebahagiaan sesungguhnya adalah dicintai Allah... dan Rasulullah telah memilihnya, memilih untuk dicintai Allah dalam kemiskinan;
Rasulullah saw bersabda; “Manakala Allah mencintai seseorang, Dia akan memanggil Jibril seraya berkata, ‘Aku mencintai si Fulan. Wahai Jibril cintai pula dia’. Jibril pun mencintai orang itu dan mengumumkannya kepada semua penduduk langit. Allah mencintai si Fulan, maka cintai pula dia oleh kalian semua,’ maka semua penduduk langit mencintai orang itu, dan kemudian dia memperoleh kesenangan-kesenangan dari penduduk bumi’”. (HR Bukhari | dari Abu Hurairah ra)
Betapa indahnya di cintai Allah, dicintai Tuhan yang menciptakan dan memiliki Cinta dari segala Cinta?
Subhanallah, ini juga kesempatan kepada kita yang saat ini memerankan pemeran simiskin untuk tetap berbahagia,. Karena Allah mencintai orang miskin yang tetap beriman dan bersyukur.
Berbahagialah dalam kemiskinan, selagi terus berikhtiar untuk keluar dari jeratannya. Kesuksesan yang kita kejar hanyalah ilusi, orang berbahagia adalah bukan mereka yang sukses saja, kebahagiaan yang sesungguhnya adalah pemahaman tentang seni berbahagia dalam jalanan yang kita lewati menuju kesuksesan di akhirat;
"Cukup bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya". (HR. Ath-Thabrani)
Sahabat,
Tidak ada yang memungkiri kefaqiran itu itu berat, dan Rasulullah saw pun memahaminya;
"Hampir saja kemiskinan (kemiskinan jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran". (HR. Ath-Thabrani)
Tapi bagi orang yang beriman,
Segala isi dunia dan karunia Allah ini adalah keindahan. .
Ada pahala yang besar, yang tidak diragukan kepada orang orang zuhud. Sehingga seluruh kehidupan Rasulullah hingga beliau wafat ada dalam keadaan zuhud.
"Orang-orang fakir-miskin akan memasuki surga lima ratus tahun sebelum orang-orang kaya memasukinya. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Lima ratus tahun adalah setengah hari di surga karena sehari di sisi Allah sama dengan seribu tahun di dunia.
Bahkan dengan tegas, Rasulullah saw mengatakan bahwa kebanyakan penghuni syurga adalah orang miskin;
"Aku menjenguk ke surga, aku dapati kebanyakan penghuninya orang-orang fakir-miskin dan aku menjenguk ke neraka, aku dapati kebanyakan penghuninya kaum wanita". (HR. Ahmad)
Sekali lagi, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita Zuhud, agar mereka yang dirtakdirkan menjadi pemeran si miskin di dunia ini mampu ikhlas dan tetap bersyukur serta berbahagia menjalani perannya.
Bayangkan saja jika seasia tenggara semua kaya raya..
Lalu siapa yang akan menanam padi, siapa yang akan memasak buat kita, siapa yang bersedia menjadi sopir untuk distributor padi dari desa ke kota?
Allah telah menyatakan bahwa Islam ini telah disempurnakan, kita dihidupkan dihari ini adalah untuk mencari dan memahami keindahan keindahannya sebagai persiapan untuk hari yang abadi kelak.
Karena keseluruhan dunia ini adalah pelajaran,.
Banyak terdapat rahasia rahasia kebahagiaan yang kadang kita lewati. Mari kita lihat kembali sebuah Al Hadits yang diriwayatkan Al Bukhari tentang kezuhudan ini:
Rasulullah bersabda; "Barangsiapa Ridho dengan rezeki yang SEDIKIT dari Allah maka Allah akan Ridho dengan amal yang SEDIKIT dari dia, dan menanti-nanti (mengharap-harap) kelapangan adalah suatu ibadah". (HR. Bukhari)
Dalam sebuah suasana, mungkin kita pernah berkata; "Ya Allah..kapan ini berakhir..", Jika dalam kondisi tersebut kita tetap beriman dan meyakini kesempitan tersebut ujian dari Allah maka PENANTIAN selama dalam kesempitan itu dinilai Allah sebagai sebuah ibadah...
Bayangkan jika kesempitan itu bertahun tahun, atau bahkan seumur seorang muslim. Dan setiap rintihannya dinilai Allah sebagai satu pahala yang sempurna untuknya..
Keseluruhan dunia ini adalah pelajaran,
Perhatikannlah seekor cicak yg gemuk dan sehat, lalu amati apakah dia punya sayap? sedangkan makanan beliau beliau ini adalah nyamuk? Nyamuk yang punya sayap dan terbang? Sedangkan Cicak hidup di dinding, dan tidak pandai melompat atau terbang?
Tapi, perhatikanlah, mereka gemuk gemuk dan sehat.
Sepertinya ana tidak pernah melihat cicak yg kurus dan tidak berbahagia?
Allah-lah yang telah merencanakan makanan berjuta juta cicak yg ada dibumi ini setiap hari dari jaman dahulu kala, dari waktu nenek dan kakek cicak masih muda mudi dan mencari pasangan. ^_^
Dari sinilah kita sepantasnya menyadari, bahwa tidak sepantasnya kita khawatir atas isi perut kita yang sering mendorong kita kepada keserakahan. Dialah Allah yang telah memberi makan kepada Manusia dan seluruh mahluk Hidup sejak berjuta abad lalu semenjak kehidupan dimulai di Bumi ini.
Sufi mengatakan, "Bumi Allah ini cukup bagi seluruh manusia dan mahluk didalamnya. Tapi bumi Allah ini akan terasa kurang dan sempit bagi satu manusia dengan keserakahannya.."
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang daripadanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?"
Al Quran Surah As Sajdah 27
Demikian, semoga berkesan.
Dan bisa menjadi bahan tafaqur binikmat dan menemukan Celah Celah Bahagia Dalam Jeratan Kemiskinan
Rabu, 20 April 2011
Yaaa ALLAH....Allah hu Akbar
Dan hamba mahluk yang kecil
Kebesaran hanyalah untuk-Mu semata
Kelemahan dan kenistaan adalah milik hamba
Begitu luas padang Maghfirah-Mu
Sehingga kami Ni'mat dengan dosa-dosa yang kami jalani
Dengan keMaha Kuasaan-Mu........
Bukakanlah Tabir dalam hati ku.......
Untukku dapat menyerap Nur Illahimu
Sehingga sudut-sudut hati yang gelap dapat tersinari cahayamu
Sehingga dapat terhiasi dzikir-dzikir Keagungan-Mu
Ya Allah
Malam telah larut dan fajar telah menyambut
Mata orang-orang beriman tlah terbuka
Bersujud memberi persembahan pada-Mu
Ya Allah apakah dengan kelamahan ibadahku.....
Dapatkah aku mengharap Syurga-syurga-Mu....
Sementara Nafsu keduniaanku selalu mengajakku bercumbu
Seperti tak takut akan siksa nerakamu
Jika dibandingkan dengan orang-orang beriman yang slalu bersujud pada-Mu
Hamba hanyalah bak Debu
Tidakkah hamba berlebih......?
Mengharap, menyatu singgah dalam rumah keabadianmu...
Duhai ranting kering.....
Betapa bahagianya dirimu
Meski kau hanya akan terbakar menjadi abu,
Namun tak ada siksa dalam dirimu........
Duhai burung-burung yang terbang diatas langit biru
betapa senang jika aku jadi dirimu.....
Walaupun kau kan mati...
Namun matimu hanyalah mati saja
Meski tak ada janji abadi dalam dirumu
Namun tak pernah takut akan janjimu pada-Nya
Namun diriku slalu dihantui oleh janji-janjiku pada-Nya
Jika aku jadi diantara kalian berdua
Takkan ku lewatkan waktu tuk slalu bersujud pada-Nya......
Tak terasa umurku semakin tua
Dan masaku semakin sedikit tersisa
Namun dosaku semakin tak terkira
Sementara amalku tak jua ada baiknya
Mungkinkah sampai ajalku menyambut diujung dada
Tak ada tobat dalam diri hamba
Ingin ku menangis hanya pada-Mu semata
Namun sang dunia selalu mengajakku bersuka ria
Dan iblis menyuntikkan keanggkara murkaannya
Dapatkah kini aku menjaga.....!
Sejengkal darah hitam penuh noda
Dari kekejian dan sesatnya alam fana
Tanpa bimbingan-Mu....!
Aku hanyalah ragu...
Tanpa petunjuk-Mu, hamba tak pernah tau...
Akan kebenaran, jalan mengapai singga sana-Mu
yaa Robb....ampuni hamba-Mu.......!!!
Tubuhku kian letih
Mataku kini kian redup
Apakah ini tanda bahwa nikmatmu kan kau renggut dari diriku
Ataukah peringatan-Mu akan dekatnya kematianku
Sungguhku tak pernah menyadari.....
Bahwa sang malaikat maut-Mu dibelakangku
Menunggu perintah penjemputan paksaku
Ataukah ini kesembonganku yang tak mau membaca tanda-tanda-Mu
Jika suatu waktu nanti
Kau ambil aku kembali
Sudikah Engkau beri aku kesempatan untuk bersujud di hadapan-Mu
Hanya dengan bimbingan-Mu
Hanya dengan daya dan Upayamu
Laa haula walaa quwwata illa billah...
Hambamu hanya manusia lemah
Ku hanya berserah kepada-Mu lah tempat yang paling pantas untuk berkeluh kesah
Rabu, 06 April 2011
Dzikir Dibaca di Waktu Petang
Dzikir Dibaca di Waktu Petang
(Antara ‘Ashar hingga terbenam matahari)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ مِنْ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً
“Aku duduk dengan kaum yang berdzikir kepada Allah Ta’ala mulai dari shalat ‘Ashar hingga matahari tenggelam lebih kusukai dari empat budak keturunan Isma’il yang dimerdekakan.”[HR. Abu Daud no. 3667. Syaikh Al Albani menghasankan hadits tersebut. Lihat Shahih Abu Daud (2/698)]
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah: 255) (Dibaca 1 x)[HR. Al Hakim (1/562). Syaikh Al Albani menshahihkan hadits tersebut dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib (1/273, no. 655). Dikuatkan lagi dengan riwayat An Nasai dalam ‘Amal Al Yaum wal Lailah no. 960, Ath Thobroni dalam Al Kabir no. 541. Beliau katakan bahwa sanad Ath Thobroni jayyid]
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada- Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4) (Dibaca 3 x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al Falaq: 1-5) (Dibaca 3 x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6) (Dibaca 3 x)[Dalam hadits dari ‘Abdullah bin Khubaib disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan surat tersebut masing-masing sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka itu akan mencukupinya dari segala sesuatu. (HR. Abu Daud (4/322, no. 5082), Tirmidzi (5/567, no. 3575). Lihat Shahih At Tirmidzi (3/182))]
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ للهِ، وَالْحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُبِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ.
“Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.Ya Rabbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Ya Rabbku, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di Neraka dan siksaan di kubur.” (Dibaca 1 x)[HR. Muslim (4/2088, no. 2723)]
اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا،وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ.
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).” (Dibaca 1 x)[HR. Tirmidzi (5/466, no. 3391). Lihat Shahih At Tirmidzi (3/142)]
Membaca Sayyidul Istighfar
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hambaMu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan, pen) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa pahala). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (Dibaca 1 x)[Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan dzikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati pada hari tersebut sebelum sore hari, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum shubuh, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari (7/150, no. 6306))]
اللَّهُمَّ إِنِّي أَمْسَيْتُ أَُشْهِدُكَ، وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ، وَمَلَائِكَتَكَ، وَجَمِيعَ خَلْقِكَ، أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُكَ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku di waktu sore ini mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul 'Arys-Mu, malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah, tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (Dibaca 4 x)[Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini ketika shubuh dan sore hari sebanyak empat kali, maka Allah akan membebaskan dirinya dari siksa neraka.” (HR. Abu Daud (4/317, no. 5069), Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 1201. An Nasai dalam ‘Amal Al Yaum wal Lailah no. 9 dan Ibnus Sunni no. 70. Syaikh Ibnu Baz menyatakan bahwa sanad An Nasai dan Abu Daud hasan sebagaimana dalam Tuhfatul Akhyar hal. 23)]
اللَّهُمَّ مَا أَمْسَى بِي مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ، فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ اشُّكْرُ.
“Ya Allah, nikmat yang kuterima atau diterima oleh seseorang di antara makhluk-Mu di sore ini adalah dari-Mu. Maha Esa Engkau, tiada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala puji dan kepada-Mu panjatan syukur (dari seluruh makhluk-Mu).” (Dibaca 1 x)[Dalam hadits dari ‘Abdullah bin Ghonnam radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini di shubuh hari, maka ia berarti telah menunaikan syukur di hari itu. Dan barangsiapa yang mengucapkan semisal itu pula di sore hari, maka ia berarti telah menunaikan syukur di malam itu. (HR. Abu Daud (4/318, no. 5073), An Nasai dalam ‘Amal Al Yaum wal Lailah no. 7 dan Ibnus Sunni no. 41, Ibnu Hibban (Mawarid) no. 2361. Syaikh Ibnu Baz menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan sebagaimana dalam Tuhfatul Akhyar hal. 24)]
اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, selamatkan tubuhku (dari penyakit dan yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkan pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau sesuatu yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkan penglihatanku, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tiada ilah (yang berhak disembah) kecuali Engkau.” (Dibaca 3 x)[HR. Abu Daud (4/324, no. 5090), Ahmad (5/42), An Nasai dalam ‘Amal Al Yaum wal Lailah no. 22, Ibnus Sunni no. 69, Al Bukhari dalam Adabul Mufrod. Syaikh Ibnu Baz menghasankan hadits ini sebagaimana dalam Tuhfatul Akhyar hal. 26]
حَسْبِيَ اللهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
“Allah-lah yang mencukupi (segala kebutuhanku), tiada ilah (yang berhak disembah) kecuali Dia, kepadaNya aku bertawakal. Dia-lah Rabb yang menguasai ‘Arsy yang agung.” (Dibaca 7 x)[Dalam hadits dari Abu Ad Darda’ radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut di shubuh dan sore hari sebanyak tujuh kali, maka Allah akan memberi kecukupan bagi kepentingan dunia dan akhiratnya. (HR. Ibnus Sunni no. 71 secara marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), Abu Daud secara mauquf (sampai pada sahabat) (4/321, no. 5081). Syaikh Syu’aib dan ‘Abdul Qodir Al Arnauth menyatakan sanad hadits ini shahih dalam Zaadul Ma’ad (2/376))]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau bumi pecah yang membuat aku jatuh dan lain-lain).” (Dibaca 1 x)[HR. Abu Daud no. 5074, Ibnu Majah no. 3871. Lihat Shahih Ibnu Majah 2/332]
اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ.
“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya, dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (Dibaca 1 x)[HR. At Tirmidzi no. 3392, Abu Daud no. 5067. Lihat Shahih At Tirmidzi 3/142]
بِسْمِ اللهِ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)[Dalam hadits ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di shubuh hari dan tiga kali di sore hari, maka tidak akan ada yang memudhorotkannya. (HR. Abu Daud (4/323, no. 5088, 5089), At Tirmidzi (5/465, no. 3388), Ibnu Majah no. 3869, Ahmad (1/72). Lihat Shahih Ibnu Majah (2/332). Syaikh Ibnu Baz menyatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar hal. 39)]
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
“Aku ridho Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi (yang diutus oleh Allah).” (Dibaca 3 x)[Dalam hadits Tsauban bin Bujdud radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan hadits ini sebanyak tiga kali di shubuh hari dan tiga kali di sore hari, maka pantas baginya mendapatkan ridho Allah di hari kiamat. (HR. Ahmad (4/337), An Nasai dalam ‘Amal Al Yaum wal Lailah no. 4, Ibnus Sunni no. 68, Abu Daud (4/318, no. 5072), At Tirmidzi (5/465, no. 3389). Syaikh Ibnu Baz menghasankan hadits ini dalam Tuhfatul Akhyar hal. 39)]
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ.
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).” (Dibaca 1 x)[HR. Al Hakim dan beliau menshahihkannya, Adz Dzahabi pun menyetujui hal itu (1/545). Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib (1/273, no. 654)]
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ فَتْحَهَا، وَنَصْرَهَا، وَنُورَهَا، وَبَرَكَتَهَا، وَهُدَاهَا، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيهَا، وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا.
”Kami memasuki waktu sore, sedang kerajaan hanya milik Allah, Rabb seluruh alam. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu agar memperoleh kebaikan, pembuka (rahmat), pertolongan (atas musuh), cahaya (di atas ilmu dan amal), berkah (rizki yang halal) dan petunjuk (untuk mengikuti kebenaran dan menyelisihi hawa nafsu) di malam ini. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan sesudahnya.” (Dibaca 1 x)[HR. Abu Daud (4/322, no. 5084). Syaikh Syu’aib dan ‘Abdul Qodir Al Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan dalam tahqiq Zaadul Ma’ad (2/273)]
أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ.
“Di waktu سخقث kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan agama ayah kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.” (Dibaca 1 x)[HR. Ahmad (3/406,407), Ibnus Sunni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah no. 34. Lihat Shahih Al Jaami’ (4/209, no. 4674)]
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
“Maha suci Allah, aku memujiNya.” (Dibaca 100 x)[Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan sore hari sebanyak 100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih dari itu.” (HR. Muslim (4/2071, no. 2692))]
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.
“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 1o x[HR. An Nasai dalam ‘Amal Yaum wal Lailah no. 24 dari hadits Abu Ayyub Al Anshori radhiyallahu ‘anhu. Dalam hadits disebutkan bahwa barangsiapa yang menyebutkan dzikir tersebut sebanyak 10 x, Allah akan mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga mendapatkan pahala semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya dari gangguan setan, dan jika ia mengucapkannya di sore hari, ia akan mendapatkan keutamaan semisal itu pula. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib (1/272, no. 650), Tuhfatul Akhyar – Syaikh Ibnu Baz (hal. 55)] atau 1 x[HR. Abu Daud (4/319, no. 5077), Ibnu Majah no. 3867, Ahmad 4/60. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib (1/270), Shahih Abu Daud (3/957), Shahih Ibnu Majah (2/331), Zaadul Ma’ad (2/377) dan dalamnya ada lafazh “10 x”] jika dalam keadaan malas)
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya.” (Dibaca 3 x pada sore hari)[Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini di sore hari sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan mendapat bahaya racun di malam tersebut. (HR. Ahmad 2/290, An Nasai dalam ‘Amal Al Yaum wal Lailah no. 590 dan Ibnus Sunni no. 68. Lihat Shahih At Tirmidzi 3/187, Shahih Ibnu Majah 2/266, dan Tuhfatul Akhyar hal. 45)]
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad.” (Dibaca 10 x)[Dari Abu Darda’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa bershalawat untukku sepuluh kali di pagi dan sore hari, maka ia akan mendapatkan syafa’atku di hari kiamat nanti.” (HR. Thobroni melalui dua isnad, keduanya jayyid. Lihat Majma’ Az Zawaid (10/120) dan Shahih At Targhib wa At Tarhib (1/273, no. 656))]
KONTINU DALAM BERAMAL
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya]
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah mengatakan, “Allah Ta’ala telah menjelaskan di dalam Al Quran Al Karim dalam beberapa ayat bahwa kedua ujung siang adalah waktu dzikir pagi dan petang, di antaranya firman Allah,
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
”Dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).” (QS. Qaaf: 39). Dari sini menunjukkan bahwa waktu dzikir pagi adalah ketika ibkar dan ghuduw yaitu setelah shalat subuh dan sebelum terbit matahari, dan waktu dzikir petang adalah ketika ‘asyiyy dan al-aashal yaitu setelah shalat ashar sebelum tenggelam matahari. Namun waktunya sebenarnya luas, terutama bagi orang yang memiliki kesibukan (sehingga luput dari dzikir), walhamdulilllah”.[Tash-hih Ad Du’a’, hal. 337]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna