Dzikir bisa berarti segala
bacaan, ucapan, perkataan, perbuatan, dan kegiatan yang menghasilkan ingat
kepada Allah. Dzikir yang demikian bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja, sambil bekerja, berdiri, berjalan, duduk, berbaring, dan
seterusnya.
Esensi dzikir adalah ingat Allah. Kapan dan di mana saja
kita berada, asalkan kita ingat Allah, bisa disebut sedang dzikir. Sebaliknya,
apa pun yang kita lakukan, jika tidak menghasilkan ingat kepada Allah, maka
belum bisa disebut dzikir. Ia lebih tepat dikatakan sedang menirukan kata-kata
atau bacaan.
Ingat Allah itu juga berarti ingat petunjuk-Nya,
perintah-Nya, larangan-Nya, pertolongan-Nya, perlindungan-Nya,
kasih-sayang-Nya, pemberian nikmat-nikmat-Nya yang tiada terhitung banyaknya,
dan seterusnya.
Dzikir dalam pengertian yang demikian, bisa membawa
pelakunya ke dalam suasana ruhaniah yeng menenangkan, menentramkan hati, karena
di satu segi orang yang berdzikir tersebut merasa berada dalam petunjuk Allah,
dan di segi lain ia juga merasakan kasih-sayang-Nya, pertolongan,
perlindungan-Nya , dan seterusnya.
Dzikir bisa membawa pelakunya ke dalam suasana dekat
dengan Allah, bersama Allah, dan akrab dengan Allah. “Ketahuilah bahwa dengan
ingat Allah hati menjadi tentram” (QS. 13:28). Kalau manusia ingin hatinya
menjadi tenang dan tentram, maka satu-satunya cara adalah dengan dzikir.
Kedekatan manusia dengan Allah bisa menimbulkan rasa
percaya diri dalam menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari. Rasa dekatnya
dengan Allah bisa menimbulkan kekuatan ruhaniah yang muncul dari kedalaman
jiwanya, sehingga ia merasa tidak gentar dan kecil hati menghadapi persoalan
seberat apa pun.
Bersama Allah, juga berarti bersama dengan Yang Maha
Kuasa, Maha Tahu, Maha Kaya, dan seterusnya. Manfaat praktis dari suasana
demikian adalah kekuatan batin yang ditimbulkan oleh keyakinan bahwa Allah yang
menyertainya itu pasti memberikan petunjuk, pertolongan, dan perlindungan,
sehingga siapun pasti mendapatkan kekuatan yang melimpah di jiwanya.
Rasa dekat dan bersama Allah, bisa menimbulkan rasa akrab
dengan Allah. Dalam suasana yang akrab dengan Allah, batin manusia menjadi peka
terhadap kilasan-kilasan Ilahiah, yang berupa ilham maupun inspirasi spiritual.
Ilham bisa berupa bisikan-bisikan cepat yang berkaitan
dengan jawaban terhadap suatu persoalan atau pemecahan masalah yang sedang
dihadapi. Inspirasi spiritual bisa berupa gagasan atau ide yang bisa mendorong
seseorang menghasilkan karya orijinal dan monumental.
Rasa akrab dengan Allah, bisa menimbulkan rasa cinta
kepada Allah. Jika rasa cinta kepada Allah telah tumbuh dalam jiwa seseorang,
maka kekuatan yang ditimbulkannya sangat besar. Yang berat jadi ringan, yang
sulit jadi mudah, yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Rasa cinta kepada Allah akan berkembang seiring dengan
frekuensi dan kualitas ketaatan manusia kepada Allah. Semakin bertambah rasa
cintanya kepada Allah, semakin dia bisa merasakan cinta Allah kepadanya.
Manusia bisa merasakan cintanya Allah yaitu melaui
berbagai karunia Allah yang dilimpahkan kepadanya, baik berupa ma’unah maupun
karamah yang tak terbayangkan sebelumnya. Karomah itu bisa berupa kuatnya iman,
ketaqwaan, maupun kejadian luar biasa atau khariqul ‘