1. Kita kenal Allah SWT, tapi hak-Nya untuk disembah dan
kewajiban kita untuk menyembahNya, sama-sekali tidak pernah kita laksanakan.
Bagaimana hati tidak jadi mati. Artinya kita kenal bahwa Allah SWT sebagai pencipta alam semesta ini, tapi kita melaksanakan sholat saja tergantung kebutuhan, dalam artian hakNya untuk disembah dan kewajiban kita untuk menyembahNya itu kita lalai, bahkan sama sekali tidak pernah kita laksanakan.
2. Kita baca Al-Qur’an, kita dengungkan nada Al-Qur’an, kita sanjung Al-Qur’an, tapi isinya atau ajaran Al-Qur’an tersebut tidak pernah kita laksanakan
Bukankah kita hidup di suatu zaman dimana sebuah tuntunan sudah menjadi tontonan, dan tontonan sering dianggap sebagai tontonan.
Bukankah kita hidup di satu masa dimana orang yang jujur dikhianati, dan pengkhianat malah diberikan amanah. Bukankah zaman sekarang ini sudah terjadi pergeseran yang sedemikian rupa. Kita baca Al-Qur’an kita musabaqahkan (memperlombakan) pula bacaannya, tapi isinya dan ajarannya tidak pernah kita laksanakan, bahkan nyaris sering kita injak-injak. Maka hati pun jadi mati.
3. Kita makan nikmat Allah SWT, tapi kita tidak pernah bersyukur kepadaNya.
Misal ; seperti ikan di laut yang Allah SWT ciptakan tersebut yang setiap dari kita tangkap atau kita ambil, namun Allah SWT kita abaikan. Tidak pernah sesaatpun dalam hidup ini nikmat Allah SWT itu berhenti, sejak kita bangun dari tidur hingga kita tidur kembali, bahkan dari tidur kita itu sendiri merupakan kenikmatan yang sangat berarti.
Dari sekian nikmat-nikmat yang kita tidak akan pernah sanggup menghitungnya, Allah SWT hanya meminta untuk selalu mensyukuri nikmat tersebut. {“ Kalau kita mensyukuri maka Allah SWT akan menambahkan, tapi kalau kita tidak mensyukuri maka adzab Allah SWT akan menimpa “}.
Bagaimana hati tidak jadi mati. Artinya kita kenal bahwa Allah SWT sebagai pencipta alam semesta ini, tapi kita melaksanakan sholat saja tergantung kebutuhan, dalam artian hakNya untuk disembah dan kewajiban kita untuk menyembahNya itu kita lalai, bahkan sama sekali tidak pernah kita laksanakan.
2. Kita baca Al-Qur’an, kita dengungkan nada Al-Qur’an, kita sanjung Al-Qur’an, tapi isinya atau ajaran Al-Qur’an tersebut tidak pernah kita laksanakan
Bukankah kita hidup di suatu zaman dimana sebuah tuntunan sudah menjadi tontonan, dan tontonan sering dianggap sebagai tontonan.
Bukankah kita hidup di satu masa dimana orang yang jujur dikhianati, dan pengkhianat malah diberikan amanah. Bukankah zaman sekarang ini sudah terjadi pergeseran yang sedemikian rupa. Kita baca Al-Qur’an kita musabaqahkan (memperlombakan) pula bacaannya, tapi isinya dan ajarannya tidak pernah kita laksanakan, bahkan nyaris sering kita injak-injak. Maka hati pun jadi mati.
3. Kita makan nikmat Allah SWT, tapi kita tidak pernah bersyukur kepadaNya.
Misal ; seperti ikan di laut yang Allah SWT ciptakan tersebut yang setiap dari kita tangkap atau kita ambil, namun Allah SWT kita abaikan. Tidak pernah sesaatpun dalam hidup ini nikmat Allah SWT itu berhenti, sejak kita bangun dari tidur hingga kita tidur kembali, bahkan dari tidur kita itu sendiri merupakan kenikmatan yang sangat berarti.
Dari sekian nikmat-nikmat yang kita tidak akan pernah sanggup menghitungnya, Allah SWT hanya meminta untuk selalu mensyukuri nikmat tersebut. {“ Kalau kita mensyukuri maka Allah SWT akan menambahkan, tapi kalau kita tidak mensyukuri maka adzab Allah SWT akan menimpa “}.