Ketika lapar, alangkah pentingnya TUHAN
Ketika kenyang kita kehilangan ingatan.
Jika "nasib" serangga saja DIA perhatikan,
apatah lagi nasib manusia,
jangan dibilang,
tak perlu diragukan
Namun, mata hati nan rabun berkabut keserakahan,
terhijab kepongahan,
menjadikan kita tak sesetia pepohonan.
Kepada "berhala" lah,
kesetiaan kita persembahkan,
kepercayaan kita tumpahkan.
Ternyata...,
Diam-diam kita ragu bahwa DIA memberi jaminan
Keraguan inilah yang memupus HARAPAN
Maka..,
Mari bangun harapan agar menjelma TUHAN
"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." ~ Yusuf:87
Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang yg sesat." ~ Al Hijr:56
Dibalik awan hujan,
matahari tetap bersinar.
Tetap berpengharapan-baiklah,
kebahagiaan akan datang.
Sungguh..,
Kemana lagi mata diarahkan,
selain memperhatikan TUHAN.
Kemana lagi kaki dilangkahkan,
selain memelihara pengabdian.
(Kolaborasi, sebagian dikutip dari puisi Om Mario & seorang sahabat)
Ketika kenyang kita kehilangan ingatan.
Jika "nasib" serangga saja DIA perhatikan,
apatah lagi nasib manusia,
jangan dibilang,
tak perlu diragukan
Namun, mata hati nan rabun berkabut keserakahan,
terhijab kepongahan,
menjadikan kita tak sesetia pepohonan.
Kepada "berhala" lah,
kesetiaan kita persembahkan,
kepercayaan kita tumpahkan.
Ternyata...,
Diam-diam kita ragu bahwa DIA memberi jaminan
Keraguan inilah yang memupus HARAPAN
Maka..,
Mari bangun harapan agar menjelma TUHAN
"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." ~ Yusuf:87
Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang yg sesat." ~ Al Hijr:56
Dibalik awan hujan,
matahari tetap bersinar.
Tetap berpengharapan-baiklah,
kebahagiaan akan datang.
Sungguh..,
Kemana lagi mata diarahkan,
selain memperhatikan TUHAN.
Kemana lagi kaki dilangkahkan,
selain memelihara pengabdian.
(Kolaborasi, sebagian dikutip dari puisi Om Mario & seorang sahabat)