Kamis, 16 Januari 2014

Menanti terkabulnya doa



Ternyata, justru kita lah yang tak pernah sabar menanti terkabulnya doa dan harapan yang kita mohonkan pada-Nya. Mudah sekali mengeluh sering terlontar ungkapan kufur sebagai bentuk protes pada kehendak-Nya. Padahal Allah begitu sabar menunggu….menungggu dan menunggu saat yang tepat untuk mengabulkan doa-doa dan harapan kita, karena Dia lebih mengetahui apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan, bahkan yang tidak kita mintapun setiap hari tetap saja dapat kita nikmati dan yakinlah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun. Kasih sayang-Nya dapat kita rasakan dari detak jantung dalam helaan nafas sepanjang hidup. Begitu tak terhingga anugerah-Nya. ….

“Jangan merasa karunia-Nya lambat datang padamu, tapi tengoklah dirimu yang lalai menghadap-Nya” …Ya Rabb …hari ini kumohon setetes kasih-Mu, meski ku sadari itu semua tidaklah cukup dibandingkan nikmat-Mu yang telah kureguk…..
Entah bagaimana lagi caranya agar mampu mengartikan dan menghentikan rasa yang makin tak mampu dikendalikan, rasa yang terus menyebar mekar. Terlalu sukar menukar rasa yang terlanjur mengakar, untuk digantikan dengan jenis rasa yang lain. Atau mungkin karena kesalahan dalam menempatkan perasaan yang tak tepat waktu, sehingga sulit untuk melupakan yang terpatri di hati, karena terlalu memuja perasaan, meski dengan kata yang berdusta pada rasa. Akan mampukah mengendalikan, agar tidak salah pada yang tak layak, yang memperlakukan tidak dengan semestinya. Meski diri diberi kesempatan untuk memilih pada apa dan siapa, mencari sesuatu untuk dipuja dan akan melakukan apapun yang bisa menyenangkan hatinya. Sungguh begitu besar konsekuensi cinta, tapi tetap ia bukan segalanya. Cinta tak ubahnya perasaan lain yang diciptakan oleh-Nya dalam diri manusia. Mencintai yang selain Allah bukanlah sebuah kesalahan, bahkan itu merupakan fitrah yang sudah Dia berikan kepada manusia. Yang salah adalah jika cinta kepada mahluk itu melebihi atau bahkan mengalahkan kecintaan kepada Allah.